Senin, 07 November 2011

R.G Alam Nusantara (21060111110121)




Briket kulit durian sebenarnya tak jauh berbeda dari briket arang tempurung kelapa dan briket arang kayu. Ketiganya sama-sama tidak berasap, sehingga relatif tidak menimbulkan polutan (zat pencemar) udara.Selain itu, ketiga jenis briket ini juga gampang digunakan. Inilah yang membedakannya dari briket batubara, yang penggunaannya kurang praktis dan pembakarannya menimbulkan polutan yang membahayakan kesehatan manusia.

Namun, briket kulit durian memiliki beberapa keunggulan
ketimbang briket arang kayu dan arang batok kelapa, apalagi dibandingkan briket batubara. Selain bisa ikut memcahkan masalah penanganan limbah durian, ketersediaan limbah kulit durian di Jawa Tengah juga melimpah. Bahkan briket ini menimbulkan bau harum ketika digunakan, sehingga cocok digunakan untuk industri makanan, baik berskala rumah tangga maupun besar. Karena beberapa keunggulan itulah, briket kulit durian memiliki potensi pasar terbuka luas, baik pasaran lokal, domestik, dam ekspor.


Berdasarkan penelitian, briket arang merupakan arang yang diubah bentuk, ukuran, dan kerapatannya, sehingga menjadi produk yang lebih praktis digunakan sebagai bahan bakar. Sedangkan briket kulit durian adalah residu, yang sebagaian besar komponennya adalah karbon. Ia terjadi karena penguraian kulit durian, akibat perlakuan panas. Peristiwa ini dapat terjadi pada pemanasan langsung atau tidak langsung dalam timbunan, kiln, retort, serta nur tanpa atau dengan udara terbebas.

Penggunaan bahan bakar berbentuk briket memang lebih efektif dan efisien. Sebab bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan keperluan. Pembuatan briket kulit durian ini memberikan banyak keuntungan dibandingkan dengan pembuatan briket dengan bahan baku batubara atau kayu. Selan itu, arang dapat ditingkatkan kerapatannya, bentuk dan ukurannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan, tidak kotor, mudah transportasinya, dan praktis untuk digunakan sebagai bahan bakar untuk kebutuhan rumah tangga.

Beberapa keunggulan briket kulit durian adalah nilai kalorinya relatif tinggi, tak berbau, tidak bersifat polutan, tidak menghasilkan gas SO, dan bisa langsung menyala (tak perlu minyak tanah untuk “memancing” seperti pada briket batubara). Pemakaiannya relatif lama, sekitar 2 jam 20 menit. Bentuk dan ukurannya juga disesuaikan dengan kebutuhan.


Proses pembuatan

Tak sulit untuk membuat briket kulit durian. Pertama, kulit durian dicacah, baik secara
manual maupun menggunakan pencacah. Hasil cacahan dijemur, kemudian dioven dalam suhu 100 derajt Celcius selama 30 menit. Setelahkering dimasukkan ke furnace sampai arang granular (pembakaran tidak sempurna). Dalam proses pembuatan arang granular akan dihasilkan arang berukuran besar (kasar) dan halus (powder). Arang besar bisa digunakan sebagai bahan baku karbon aktif, sedangkan arang halus digunakan sebagai bahan baku briket. Namun demikian, arang graular berukuran besar pun dapat digunakan sebagai bahan bakar pemmbuatan briket kulit, tapi harus melalui proses penghalusan. Setalah dihaluska (biasanya dengan mesin crusher), arang yang dihasilkan dihancurkan dan ditambah dengan larutan kaji 10%, tanah hat 10%, dan larutan NaOH 1%. Selanjutnya dicetak menjadi briket.

Tahap berikutnya adalah mengeringkan briket pada suhu tertentu (menggunakan oven), sehingga dihasilkan briket kulit durian dengan kadar air tertentu. Briket yang dihasilkan dioven lagi hingga kering. Tanda sudah kering, jika diletakkan di tangan terasa ringan. Selain itu, tak ada serbuk yang menempel di tangan.


Penghematan Biaya melalui Briket Durian
Pengguna
Minyak Tanah
Briket Durian
Penghematan
Rumah tangga (3 liter/hari)
Rp9.000,-
Rp4.500,-
Rp4.500,-
Warung makan (10 liter/hari)
Rp30.000,-
Rp15.000,-
Rp15.000,-
Industri kecil (25 liter/hari)
Rp75.000,-
Rp37.500,-
Rp37.500,-
Industri menengah (1.000 liter/hari)
Rp3.000.000,-
Rp1.500.000,-
Rp1.500.000,-

(Sumber : Harian Suara Merdeka 3/5/2007)

0 komentar:

Posting Komentar